03.13

Semen... Oh... Semen...

Beberapa hari yang lalu saya mudik ke Jepara. Ya di Jogja, ya di Jepara, ternyata sama saja. Melulu hujan tiap hari. Sampai-sampai saya bingung karena baju tak ada yang kering. Nah, karena musim hujan inilah ada cerita menyedihkan yang menyambut kedatangan saya di rumah tercinta.

Ceritanya begini, rumah saya kan perumahan, biasanya yang namanya perumahan ini selain kecil, bahan bangunan yang digunakan pun bukan yang berkualitas bagus. Yah, maklumlah, perumahan sederhana. Akan tetapi, karena hujan yang berhari-hari tak kunjung reda dan disertai angin yang cukup bertenaga, genting rumah pada merosot sehingga membuat celah yang cukup besar untuk dilewati. Dan, ketika hujan deras datang, mengalirlah air hujan dengan mudahnya melalui celah yang terbentuk ini. Ternyata… Eh Ternyata… ternit (asbes) rumah (tepatnya di sudut kamar tidur saya) tak kuasa menahan air hujan yang lolos (air hujan menggerus bagian tembok, sehingga air membawa serpihan pasir dan semen). Dan berlubanglah kamar saya. Sedihnya hati ini…


Hari berikutnya, adik saya membelikan semen untuk merekatkan genting yang melorot. Saya terusik akan kehadiran semen ini. Menurut pikir saya, sungguh hebat, serbuk yang begitu lembut ini dapat digunakan sebagai perkat. Nah, pada kesempatan kali ini akan saya sampaikan informasi mengenai semen, agar bila anda bertanya-tanya, tulisan ini dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan anda.


Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.


Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :

- semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.


- semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.


- oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.


- mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.


Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus :


(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)


Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5>1/2 (keras sekali). Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.


Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :

· Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.


· Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :

- proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.


- proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.


- proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.


- proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).


- proses pendinginan terak.


- proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.




Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

0 komentar: